Untuk Lembaran Yang Ditinggalkan
Mengingat sudah lama tidak pernah mencurahkan segalanya ke dalam buku diary, aku jadi ingat dulu pernah dikasih tugas untuk seminggu membuat buku harian oleh guru Bahasa Indonesia. Aku belum suka menulis, yang aku bisa waktu itu hanya berbohong dan mendramatisir segala cerita untuk dikumpulkan.
Di malam menjelang pagi ini saya kembali mengingat kekonyolan saat mengisi buku diary. Ada yang masih menyimpan buku diary yang sampai sekarang masih bisa dibaca? Saya masih, dan barusaja menemukannya namun tetap tak mau kubaca. Pasti saya mati berdiri jika membukanya satu halaman saja. Saya berfikir untuk memusnahkannya sebelum aku meti berdiri-diri kalau ditemukan anakku besok. Anak, ah aku selalu kepengen ndue anak :""""")
Satu yang pernah saya ingat tentang menulis diary adalah tentang impian saya. tentang cita-cita dan segala keinginan saya serta imajinasinya, seperti yang sering dilakukan oleh teman saya yang paling unik dan yang baik, tapi saya tidak pernah mencari tau apakah dia benar-benar menuliskannya atau sekedar ingin tersampaikan. Aku ingat tertuls disitu beberapa impian besar saya yang sangat ingin disampaikan, tentu saja tak ingin saya umbar disini, selain jika diingat itu memalukan juga sebenarnya dari jam ini saja sudah ketauan bahwa mungkin segalanya hanya pernah menjadi sebatas keinginan saja. Meskipun ada beberapa yang masih bisa direalisasikan.
Ketika saya menulis impian itu, saya adalah anak kecilberumur sembilan tahun. Entah apa yang ada di pikiran saya waktu itu. Tapi saya menuliskan impian saya. Beberapa belum tercapai, termasuk menikah dan memiliki anak. Sepertinya itu impian yang sudah dewasa ini dimiliki, namun apa salahnya mendramatisir?
Hari ini saya menulis pesan unutkmu, bukan calon istriku. Ini untuk segala cita-cita yang mungkin belum diusahakan terlalu keras sudah gagal. Semoga seseorang diluar sana yang lebih berhasil bisa mewujudkanmu.
Komentar
Posting Komentar